Isnin, 22 Januari 2018

Amanah yang tertunai - Badal Haji untuk Arwah Suami

Assalamualaikum..

Salam pembuka bicara. Sunggu waktu itu pantas berlalu. Hampir 7 bulan arwah meninggalkan aku dan anak2. Ah, rindu tidak terkata. Sepanjang waktu itu, sekali je aku bermimpikan arwah. Sungguh saat itu, kerinduan itu tidak dapat dibendung lagi, maka dia hadir dalam mimpiku. Terubat seketika rindu ini. Ntah kenapa hari2 yang ku lalui, terasa seakan2 masih ada arwah disisi menemani hidup kami. Damainya arwah di sana kerana mimpi yang hadir, indah2 sahaja. Syukur Alhamdulillah


Dari jauh ku melihat anak2ku menziarahi kuburan arwah ayah mereka. Moga doa yang diiringi sampai terus kepada arwah. Doa anak kepada ibu bapa tiada hijabnya, begitu lah sebaliknya.


Dan juga Allah beri kesempatan untuk aku menunaikan Badal Haji bagi arwah suami. Juga diberi kesempatan untuk menunaikan ibadah korban di sana Mekah AlMukaramah. Betapa Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Didorongkan pintu hati untuk menunaikan amanah ini dengan segera. Allah, nikmat mana lagi yang hendak hambaMu ini dustakan. Terlalu AgongNya pemberianMu Ya Allah. Syukur Alhamdulillah

Ok lah, berbalik pada badal haji ni, sebelum mak mama g ke Mekah menunaikan haji pada tahun lepas (2017), mak ada berpesan, "kalau nak buat badal haji untuk arwah, cari ustazah kiah. Nanti ustazah kiah uruskan". Pesan mak ini, mama turuti, dan Alhamdulillah sempat memberi nama arwah padanya untuk di buat badal haji. Masa itu, lagi beberapa hari je pemberian nama akan ditutup. Jika niat yang baik, Allah akan permudahkan urusan kita. Janji Allah itu PASTI.

Ni hasil carian dgn pakcik google mengenai badal haji ni..

Badal ertinya 'ganti','pengganti' atau yang 'digantikan. Oleh itu, badal haji membawa maksud 'menggantikan orang lain dalam melaksanakan ibadah haji kerana adanya halangan tertentu seperti penyakit, usia tua (uzur) atau kematian bagi melaksanakan kesemua Rukun Islam.
Barang siap yang mampu menyambut panggilan haji, kemudian kerana sakit atau lanjut usia tidak dapat melakukannya, maka dia harus meminta orang lain untuk menghajikannya. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Fadl bin Abbas ra. Bahwa seorang wanita dari Bani Khats'am berkata, " Wahai Rasulullah SAW. Sesungguhnya Allah telah meeajibkan haji kepada hambaNya. Bapaku seorang yang sudah berumur, tidak mampu mengadakan perjalanan, apakh boleh aku menghajikannya?" Rasulullah SAW menjawab, "BOLEH". Ini pendapat Imam Syafi'i, Imam Ahmad dan Imam Abu Hanifah. Sementara Imam Malik berkata, "Tidak Wajib".

Apabila seorang yang sakit setelah dihajikan sembuh, maka kewajiban hajinya tidak gugur. Yang bersangkutan wajib mengulanginya. Menurut Imam Ahmad, kewajibannya telah gugur. Barangsiapa yang melaksanakan haji nazar sementara dia belum melaksanakan haji Islamnya, maka haji nazarnya itu di balas sebagai haji Islam dan setelah itu, ia harus menunaikan haji nazarnya. Barangsiapa yang meninggal dunia, belum melaksanakan haji Islam atau haji naza, maka walinya wajib menunaikan haji tersebut dengan biaya harta si mati. Ini pendapat ulama Syafi'i dan Hambali.


Ulama Hanafi dan Maliki berpendapat, "Ahli waris tidak wajib menghajikan si mayit kecuali jika si mayit mewasiatkannya, maka ia dihajikan dengan biaya tidak lebih dari sepertiga harta warisan."

Orang yang melaksanakan haji badal disyaratkan sudah melaksanakan haji untuk dirinya baik mampu atau tidak. Hal ini berdasarkan hadis riwayat Ibnu Abbas r.a., Bahwa Rasulullah saw. mendengar seorang laki-laki berkata, "Aku penuhi panggilan-Mu untuk Syabramah." Rasulullah saw. bertanya, "Apakah engkau telah melaksanakan haji untuk dirimu?" Ia menjawab, "Belum." Beliau bersabda, "Hajilah untuk dirimu kemudian laksanakan haji untuk Syabramah.


Sijil Badal Haji Arwah Syahrul Azwan Bin Ismail


Mak mewakilkan untuk mengambil sijil badal haji. terima kasih mak

Sekian perkongsian utk hari ini. Jumpa lagi, sayonara !!

Tiada ulasan:

Catat Ulasan